Minggu, 06 Maret 2016

Makalah Ilmu Pendidikan Islam_Tinjauan Kritis Faktor-faktor Pendidikan Islam

TINJAUAN KRITIS FAKTOR-FAKTOR PENDIDIKAN ISLAM

MAKALAH

Disusun untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Ilmu Pendidikan Islam yang di Bimbing oleh Prof. Dr. H. Abd. Halim Soebahar, MA



Oleh
Kelompok7 :

Ika Firdausi Aini M                (084142065)

Lailatul Qomariyah                 (084142062)

Febri Arisandi                         (084142056)


PRODI PENDIDIKAN BAHASA ARAB
FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI JEMBER
 2015


KATA PENGANTAR

Assalamualaikumwr.wb
Puji syukur penyusun panjatkan kehadirat Allah SWT yang senantiasa melimpahkan rahmat serta hidayahnya sehingga penyusunan makalah ini dapat terselesaikan.Sholawat serta salam tercurahkan selalu kepada junjungan kita Nabi Muhammad SAW yang telah memberpetunjuk jalan yang benar untuk umatnya.
Makalah yang berjudul Tinjauan Kritis Faktor-Faktor Pendidikan Islam disusun untuk memenuhi tugas Ilmu Pendidikan Islam. Terima Kasih penulis ucapkan kepada pihak  yang telah membantu dalam terselesaikannya makalah ini. Terutama kepada Dosen mata kuliah Ilmu Pendidikan Islam yaitu Prof. Dr. H. Abd Halim Soebahar, MA yang telah memberikan bimbingannya sehingga terselesaikannya makalah ini.
Penyusun menyadari bahwa dalam penulisan makalah ini masih jauh dari kata sempurna dan banyak kesalahan-kesalahan. Oleh karena itu, kritik serta saran yang membangun sangat penyusun harapkan.Semoga makalah ini bisa bermanfaat bagi pembaca khususnya.
Wassalamualaikumwr.wb



Jember,  Desember 2015




Penyusun




DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL.................................................................................. i
KATA PENGANTAR............................................................................... ii
DAFTAR ISI............................................................................................. iii
BAB I PENDAHULUAN
A.    Latar Belakang .......................................................................................... 1
B.     Rumusan masalah...................................................................................... .1
C.     Tujuan....................................................................................................... 1
BAB II PEMBAHASAN
A.    Dasar dan Tujuan pendidikan islam............................................................. 2
B.     Pendidik dalam pendidikan islam................................................................ 6
C.     Subyek didik/peserta didik dalam pendidikan islam..................................... 9
D.    Program pendidikan dalam pendidikan islam............................................. .11
E.     Cara/metode pendidikan islam.................................................................. .12
F.      Faktor lingkungan dalam pendidikan islam................................................ .13
BAB III PENUTUP
Kesimpulan............................................................................................... 16
DAFTAR PUSTAKA

BAB I
PENDAHULUAN
A.    Latar belakang
Era globalisasi ditandai dengan persaingan ekonomi secara hebat dengan terjadinya revolusi teknologi informasi, teknologi komunikasi dan teknologi industri.
Kondisi kemajuan teknologi informasi dan industri tersebut yang berlangsung dengan sangat cepat dan ketat di era globalisasi menuntut setiap orang untuk berbenah diri dalam menghadapi persaingan tersebut.
Tak lepas dari itu, pendidikan Islam juga berperan penting dalam persaingan tersebut. Disinilah tantangan pendidikan termasuk pendidikan Islam diharapkan mampu menampilkan dirinya dalam mendidik dan menghasilkan peserta didik yang berdaya saing tinggi (qualified), serta menangkis asumsi bahwa Islam itu adalah teroris, atau bahkan akan menjadikannya mandul dalam menghadapi gempuran berbagai kemajuan dinamika globalisasi tersebut.
B.     Rumusan masalah
1.      Apa dasar dan tujuan pendidikan islam?
2.      Apa pengertian pendidik dalam pendidikan islam?
3.      Apa pengertian subyek didik dalam pendidikan islam?
4.      Bagaimana program pendidikan dalam pendidikan islam?
5.      Bagaimana cara/metode pendidikan islam?
6.      Bagaimana faktor lingkungan dalam pendidikan islam?
C.     Tujuan
1.      Untuk mengetahui dasar dan tujuan pendidikan islam
2.      Untuk mengetahui pengertian pendidik dalam pendidikan islam
3.      Untuk mengetahui pengertian subyek didik dalam pendidikan islam
4.      Untuk mengetahui program pendidikan dalam pendidikan islam
5.      Untuk mengetahui cara/metode pendidikan islam
6.      Untuk mengetahui faktor lingkungan dalam pendidikan islam


BAB II
PEMBAHASAN

A.    Pengertian Faktor-Faktor Pendidikan Islam
Faktor-faktor Pendidikan Islam adalah sesuatu yang ikut menentukan keberhasilan Pendidikan Islam yang memiliki beberapa bagian yang saling mendukung satu sama lainnya. Faktor-faktor Pendidikan Islam selanjutnya juga disebut dengan komponen-komponen pendidikan.
Dalam melaksanakan pendidikan agama, perlu diperhatikan adanya faktor-faktor pendidikan yang ikut menentukan keberhasilan pendidikan agama tersebut.
Faktor-Faktor Pendidikan itu ada 5 macam, dimana faktor-faktor yang satu dengan yang lainnya mempunya hubungan yang erat. Kelima faktor tersebut adalah :
1.      Dasar dan Tujuan Pendidikan Islam
a.       Dasar pendidikan islam
Setiap aktivitas yang di sengaja untuk mencapai suatu tujuan harus mempunyai dasar atau landasan tempat berpijak yang kokoh dan kuat. Dasar adalah pangkal tolak suatu aktivitas. Di dalam menetapkan dasar suatu aktivitas manusia selalu berpedoman kepada pandangan hidup dan hukum-hukum dasar yang dianutnya, karena hal ini yang akan menjadi pegangan dasar di dalam kehidupannya. Apabila pandangan hidup dan hukum dasar yang dianut manusia berbeda, maka berbeda pulalah dasar dan tujuan aktivitasnya.[1]
Prof. Omar Muhammad al-Toumy al-Syaibany menyatakan bahwa dasar pendidikan islam identik dengan dasar tujuan islam. Keduanya berasal dari sumber yang sama yaitu Al-Qur’an dan Hadits. Pendidikan islam menempatkan manusia sebagai mahluk ciptaan Allah, karena demikian manusia sebagai objek dan sekaligus subyek pendidikan yang tidak bebas nilai.[2]
Al-Syaibany menyatakan ada lima prinsip dasar yang menjadi kerangka acuan dalam penyusunan dasar pendidikan islam. Prof. Dr. Hasan Langgulung menjadikannya sebagai landasan pemikiran filsafat islam. Kelima prinsip utama itu menurut Hasan Langgulung adalah pandangan terhadap manusia, alam, masyarakat, pengetahuan, dan ahlak.
a.       Dasar pandangan terhadap manusia
Sebagai obyek dan sekaligus subyek pendidikan maka manusia menempati akses pertama dan utama. Manusia memiliki sejumlah potensi untuk berkembang dan dikembangan. Dalam kaitan ini pendidikan Islam menilai manusia didasarkan atas prinsip-prinsip pemikiran bahwa:
1)      Manusia adalah ciptaan Allah yang paling mulia.
2)      Manusia di amanatkan untuk menjadi hamba Allah dan sekaligus khalifah guna memakmurkan kehidupan di bumi.
3)      Manusia adalah mahluk yang memiliki dimensi jasmani, rohani, dan ruh.
4)      Manusia bertumbuh dan berkembang ditentukan oleh potensi bawaan dan pengaruh lingkungannya.
b.      Dasar pandangan terhadap manyarakat
Manusia dalam konsep al-Nas adalah mahluk sosial. Manusia tidak dapat hidup sendiri, dengan mengabaikan keterlibatannya dengan kepentingan pergaulan antar sesamanya dalam kehidupan bermasyarakat. Dalam hubungan manusia dengan masyarakat, terjadi interaksi aktif. Manusia dapat mengintervensi masyarakat lingkungannya, dan sebaliknya masyarakat pun dapat memberi pengaruh pada manusia sebagai warganya. Oleh karena itu dalam pandangan islam, masyarakat memiliki karakteristik tertentu.
c.       Dasar pandangan terhadap alam semesta
Berdasarkan pada pandangan ini, maka pemikiran tentang alam semesta mengacu pada prinsip bahwa:
1)      Lingkungan alam termasuk juga jagat raya adalah bagian dari ciptaan Allah.
2)      Setiap wujud di alam semesta terbentuk dari dua unsur yaitu unsure materi dan non materi, nyata dan ghaib, dunia dan akhirat.
3)      Alam senantiasa dalam dinamika gerak yang teratur dan terkendali oleh suatu tatanan yang menyatu pada sunnah Allah.
4)      Alam merupakan sarana yang diperuntukkan bagi manusia sebagai upaya meningkatkan kemampuan diri sejalan dengan potensi yang dimilikinya.
d.      Dasar pandangan terhadap ilmu pengetahuan
Ilmu pengetahuan dan teknologi (iptek) adalah hasil rekayasa manusia. Sedangkan kemampuan merekayasa itu menurut pandangan islam bersumber dari potensi Ilahiyat. Maka atas dasar pemikiran ini status manusia hanya sebagai pengemban amanat dalam rekayasa iptek, bukan pemilik dan pencipta mutlaknya, yaitu Allah. Dalam hubungan ini, maka iptek seyogiyanya terikat pada nilai-nilai Ilahiyat. Pendidikan islam tidak membiarkan iptek dikembangkan dan dimanfaatkan secara bebas nilai.
e.       Dasar pandangan terhadap ahlak
Pernyataan  Al-Qur’an bahwa Rasulullah adalah sosok pribadi pemilik ahlak yang agung. Beliau menegaskan bahwa tugas utama yang diamanatkan kepada dirinya, adalah untuk menyempurnakan ahlak manusia. Membentuk suatu kehidupan masyarakat manusia yang warganya terdiri dari individu yang berahlak manusia. Berangkat dari pernyataan itu, maka filsafat pendidikan islam memandang pembinaan ahlak merupakan faktor penting dalam pendidikan.
b.      Tujuan pendidikan islam
Dalam adagium ushuliyah dinyatakan bahwa: “al-umur bi maqashida”, bahwa setiap tindakan dan aktivitas harus berorientasi pada tujuan atau rencana yang telah ditetapkan. Adagium ini menunjukkan bahwa pendidikan seharusnya berorientasi pada tujuan yang ingin di capai, bukan semata-mata berorientasi pada sederetan materi. Karena itulah, tujuan pendidikan islam menjadi komponen pendidikan yang harus dirumuskan terlebih dahulu sebelum merumuskan komponen-komponen pendidikan yang lain.[3]

Perumusan tujuan pendidikan islam harus berorientasi pada hakikat pendidikan yang meliputi beberapa aspeknya, misalnya tentang: Pertama, tujuan dan tugas hidup manusia. Kedua, memerhatikan sifat-sifat dasar manusia. Ketiga, tuntutan masyarakat. Keempat, dimensi-dimensi kehidupan ideal islam. Dimensi kehidupan dunia ideal islam mengandung nilai yang dapat meningkatkan kesejahteraan hidup manusia di dunia untuk mengelola dan memanfaatkan dunia sebagai bekal kehidupan di akhirat.
Aspek tujuan pendidikan islam itu meliputi empat hal, yaitu: (1) tujuan jasmaniah, (2) tujuan rohaniah, (3) tujuan akal, (4) tujuan sosial.[4]
1)      Tujuan jasmaniah
Tujuan pendidikan perlu dikaitkan dengan tugas manusia selalu menjadi khalifah Di muka bumi yang harus memiliki kemampuan jasmani yang bagus di samping rohani yang teguh. Dalam hadits Rasulullah SAW bersabda, yang artinya:
Orang mukmin yang kuat lebih baik dan lebih disayangi oleh Allah dari pada orang mukmin yang lemah”.
Kata “kuat” dalam hadits di atas dapat diartikan dengan kuat secara jasmani sesuai dengan firman Allah, yang artinya:
sesungguhnya Allah telah memilihnya menjadi rajamu dan menganugerahinya ilmu yang luas dan tubuh yang kuat perkasa”.
Dalam ayat di atas dikisahkan bahwa Talut dipilih oleh Allah menjadi raja karena ia pandai dan kuat tubuhnya untuk melawan Djalut yang terkenal berbadan besar seperti raksasa, namun Talut dapat mengalahkannya dengan perantaraan Daud yang melemparkan bandilnya dengan pertolongan Allah dapat merobohkan tubuh Djalut sehingga tewas. Jadi tujuan pendidikan islam adalah untuk membentuk manusia muslim yang sehat dan kuat jasmaninyabserta memiliki keterampilan yang tinggi.


2)      Tujuan rohaniah
Tujuan ini dikaitkan dengan kemampuan manusia menerima agama islam yang inti ajarannya adalah keimanan dan ketaatan kepada Allah, Tuhan yang Maha Esa dengan tunduk dan patuh kepada nilai-nilai moralitas yang di ajarkan-Nya dengan mengikuti keteladanan Rasululla.
3)      Tujuan akal
Aspek tujuan ini bertumpu pada pengembangan intelegensia (kecerdasan) yang berada dalam otak. Sehingga mampu memahami dan menganalisis fenomena-fenomena ciptaan Allah dijagad raya ini. Seluruh ala mini bagaikan bola besar yang harus di jadikan obyek pengamatan dan renungan fikiran manusia kemudian melalui proses observasi dengan panca indra.
4)      Tujuan sosial
Tujuan sosial ini merupakan pembentukan kepribadian yang utuh. Tujuan pedidikan sosial ini penting artinya karena manusia sebagai khalifah Tuhan di bumi seyogiyanya mempunyai kepribadian yang utama dan seimbang. Yang sebenarnya tidak mungkin manusia menjauhkan diri dari kehidupan bermasyarakat.

2.      Pendidik dalam Pendidikan Islam
a.       Definisi Pendidik dalam Pendidikan Islam
Sebagaimana teori barat, pendidik dalam islam  adalah orang yang bertanggung jawab terhadap perkembangan peserta didiknya dengan upaya mengembangkan seluruh potensi peserta didik, baik potensi afektif, kognitif, maupun psikomotorik.[5]
Pendidik juga berarti orang dewasa yang bertanggung jawab memberi pertolongan pada peserta didiknya dalam perkembangan jasmani dan rohaninya, agar mencapai tingkat kedewasaan, mampu berdiri sendiri dan memenuhi tingkat kedewasaanya, mampu mandiri dalam memenuhi tugasnya sebagi hamba dan khalifah Allah SWT, dan mampu melakukan tugas sebagai makhluk sosial dan sebagai makhluk individu yang mandiri.
Pendidik utama dan pertama adalah orang tua, karena orang tualah yang bertanggung jawab penuh atas kemajuan perkembangan anaknya, karena sukses tidaknya seorang anak tergantung dengan pengasuhan, perhatian, dan pendidikannya. Sebagaimana firman Allah SWT:
$pkšr'¯»tƒ tûïÏ%©!$# (#qãZtB#uä (#þqè% ö/ä3|¡àÿRr& ö/ä3Î=÷dr&ur #Y$tR ...
“Hai orang-orang yang beriman, peliharalah dirimu dan keluargamu dari api neraka..” (Q.S Al-Tahrim: 6)
     Sebagai pendidik pertama dan utama terhadap anak-anaknya, orangtua tidak selamanya memiliki waktu yang leluasa dalam mendidik anaknya. Dalam konteks ini, anak lazimnya dimasukkan ke dalam lembaga sekolah, yang karenanya definisi pendidik disini adalah mereka yang memberikan pelajaran peserta didik, yang memegang suatu mata pelajaran tertentu di sekolah.

b.      Kedudukan Pendidik dalam Pendidikan Islam
Pendidik adalah bapak rohani (spiritual father) bagi peserta didik, yang memberikan santapan jiwa dengan ilmu, pembinaan akhlak mulia, dan meluruskan perilakunya yang buruk. Oleh karena itu, pendidik mempunyai kedudukan yang tinggi dalam Islam. Dalam hadits Rasululloh SAW: “Tinta seorang ilmuwan (yang menjadi guru) lebih berharga ketimbang darah para syuhada”. Bahkan Islam menempatkan pendidik setingkat dengan derajat seorang Rasul. Al Syawki bersyair:
قم للمعلم وفه التبجيل. كاد المعلم ان يكون رسولا
Berdiri dan hormatilah guru dan berilah penghargaan, seorang guru itu hampir saja merupakan seorang rasul”.



c.       Tugas Pendidik dalam Pendidikan Islam
Menurut Al Ghazali, tugas utama seorang pendidik adalah menyempurnakan, membersihkan, menyucikan serta membawakan hati manusia untuk mendekatkan diri (taqarrub) kepada Allah SWT. Hal tersebut sesuai dengantujuan utama pendidikan Islam yaitu mendekatkan diri kepada-Nya. 
Dalam perkembangan berikutnya, paradigma pendidik tidak hanya bertugas sebagai pengajar, yang mendoktrin peserta didiknya untuk menguasai seperangkat pengetahuan dan skill tertentu. Pendidik hanya bertugas sebagai motivator dan fasilitator dalam proses belajar mengajar.
Tetapi sesungguhnya seorang pendidik tidak hanya bertugas seperti itu saja, tetapi pendidik juga bertanggung jawab atas pengelolaan (manager of learning), pengarah (director of learning), fasilitator dan perencana (the planner of future society). Oleh karena itu, fungsi dan tugas pendidik dalam pendidikan dapat disimpulkan menjadi tiga bagian, yaitu:
1.         Sebagai pengajar (instruksional).
2.         Sebagai pendidik (educator).
3.         Sebagai pemimpin (managerial).
d.      Kompetensi-kompetensi pendidik dalam pendidikan Islam
Untuk menjadi seorang pendidik yang profesional tidaklah mudah, karena ia harus memiliki berbagai kompetensi-kompetensi keguruan. Kompetensi pendidik di bagi menjadi tiga bagian:
1)      kompetensi Personal-Religius
Kemampuan dasar (kompetensi) yang pertama bagi pendidik adalah menyangkut kepribadian agamis, artinya pada dirinya melekat nilai-nilai lebih yang hendak di transinternalisasikan kepada peserta didik. Misalnya nilai kejujuran, amanah, keadilan, kecerdasan, tanggung jawab, musyawarah, kebersihan, keindahan, kedisiplinan dan ketertiban. Nilai tersebut perlu dimiliki oleh pendidik agar mudah dalam transinternalisasi (pemindahan penghayatan nilai-nilai) kepada peserta didik.

2)      Kompetensi Sosial-Religius
Kemampuan dasar kedua bagi pendidik adalah menyangkut kepeduliannya terhadap masalah-masalah sosial selaras dengan ajaran Islam. Sikap gotong royong, tolong menolong, dan toleransi juga perlu dimiliki oleh pendidik dalam rangka transinternalisasi sosial atau transaksi sosial antara pendidik dan peserta didik.
3)      Kompetensi Profesional-Religius
Kemampuan dasar ketiga ini menyangkut kemampuan untuk menjalankan tugas keguruannya secara profesional, dalam arti mampu membuat keputusan keahlian atas beragamnya kasus serta mampu mempertanggung jawabkan berdasarkan teori dan wawasan keahliannya dalam perspektif islam.

3.      Subyek didik/peserta didik dalam pendidikan islam
a)      Pengertian peserta didik
Peserta didik merupakan salah satu komponen dalam system pendidikan islam. Peserta didik merupakan “raw material” (bahan mentah) di dalam proses transformasi yang di sebut pendidikan.[6] Peserta didik adalah merupakan salah satu faktor pendidikan yang paling penting  karena tanpa adanya faktor tersebut, maka pendidikan tidak akan berlangsung. Oleh karena itu faktor anak didik tidak dapat digantikan oleh faktor yang lain.
Dalam paradigma pendidikan islam, peserta didik merupakan sesuatu yang belum dewasa dan memiliki sejumlah potensi dasar (fitrah) yang perlu dikembangkan. Di sini peserta didik adalah makhluk Allah yang terdiri dari aspek jasmani dan rohani yang belum mencapai kematangan, baik fisik, mental, intelektual, maupun psikologisnya. Oleh karena itu, ia senantiasa memerlukan bimbingan arahan pendidik agar dapat mengembangkan potensinya secara optimal dan membimbingnya menuju kedewasaan.

b)      Paradigma peserta didik dalam pendidikan islam
Dalam proses belajar mengajar, seorang pendidik harus sedapat mungkin memahami hakikat peserta didiknya sebagai subjek dan objek pendidikan. Kesalahan dalam memahami hakikat peserta didik menjadikan kegagalan dalam proses pendidikan. Beberapa hal yang perlu di pahami mengenai karakteristik peserta didik adalah:[7]
Pertama, peserta didik bukan miniatur orang dewasa, ia mempunyai dunia sendiri, sehingga metode belajar mengajar tidak boleh di samakan dengan orang dewasa.
Kedua, peserta didik memiliki kebutuhan dan menuntut untuk pemenuhan kebutuhan itu semaksimal mungkin. Kebutuhan individu, menurut Abraham Maslow, terdapat lima hierarki kebutuhan yang dikelompokkan dalam dua kategori, yaitu: (1) kebutuhan-kebutuhan taraf dasar. (2) metakebutuhan-metakebutuhan, meliputi apa saja yang terkandung dalam aktualisasi diri, seperti: keadilan, kebaikan, keindahan, keteraturan, kesatuan, dan lain sebagainya.
Ketiga, peserta didik memiliki perbedaan antara individu dengan individu lain, baik perbedaan yang disebabkan dari faktor endogen (fitrah) maupun eksogen (lingkungan) yang meliputi segi jasmani, intelegensi, sosial, bakat, minat, dan lingkungan yang mempengaruhinya.
Keempat, peserta didik dipandang sebagai kesatuan sistem manusia. Sesuai dengan hakikat manusia, peserta didik sebagai mahluk monopluralis, maka pribadi peserta didik walaupun terdiri dari banyak segi, merupakan satu kesatuan jiwa raga.
Kelima, peserta didik merupakan subjek dan objek sekaligus dalam pendidikan yang dimungkinkan dapat aktif, kreatif, serta produktif. Setiap peserta didik memiliki aktivitas sendiri dan kreatifitas sendiri, sehingga dalam pendidikan tidak memandang anak sebagai objek pasif yang biasanya hanya menerima, mendengarkan saja.
Keenam, peserta didik mengikuti periode-periode perkembangan tertentu dan mempunyai pola perkembangan serta tempo dan iramanya.kadar kemampuan peserta didik sangat di tentukan oleh usia atau periode perkembangannya.

4.      Program pendidikan islam
Program dalam pendidikan islam itu di antaranya meliputi kurikulum. Kurikulum merupakan suatu komponen yang sangat menentukan dalam suatu sistem pendidikan, karena itu kurikulum merupakan alat untuk mencapai tujuan pendidikan dan sekaligus sebagai pedoman dalam melaksanakan pengajaran pada semua jenis dan tingkat pendidikan.[8]
Dalam Bahasa Arab, kata kurikulum biasa diungkapkan dengan manhaj yang berarti jalan yang terang yang dilalui oleh manusia pada berbagai bidang kehidupan. Sedangkan kurikulum pendidikan dalam kamus Tarbiyah adalah seperangkat perencanaan dan media yang dijadikan acuan oleh lembaga pendidikan dalam mewujudkan tujuan-tujuan pendidikan.
Fungsi kurikulum dalam pendidikan islam adalah sebagai pedoman yang digunakan oleh pendidik untuk membingbing peserta didiknya ke arah tujuan tertinggi pendidikan islam, melalui akumulasi sejumlah pengetahuan, keterampilan, dan sikap. Dalam hal ini proses pendidikan islam bukanlah suatu proses yang dapat dilakukan secara serampangan.
Dalam perkembangan selanjutnya pengertian kurikulum tidak hanya terbatas pada program pendidikan namun juga di artikan menurut fungsinya.
1.      Kurikulum sebagai program studi.
2.      Kurikulum sebagai konten.
3.      Kurikulum sebagai kegiatan berencana.
4.      Kurikulum sebagai hasil belajar.
5.      Kurikulum sebagai pengalaman belajar.
Dasar-dasar dalam penyusunan kurikulum pendidikan islam adalah:
1)      Dasar Agama
2)      Dasar Falsafah
3)      Dasar psikologis
4)      Dasar Sosial
5)      Dasar Organisator.[9]

5.      Cara/metode dalam pendidikan islam
a.       Pengertian Metode
·      Secara Etimologi
Metode dalam Bahasa Arab, dikenal dengan istilah thariqah yang berarti langkah-langkah stategis yang dipersiapkan untuk melakukan suatu pekerjaan. Bila dihubungkan dengan pendidikan, maka metode itu harus diwujudkan dalam proses pendidikan.[10]
·      Secara Terminologi
Para ahli mendefinisikan metode secara terminologi sebagai berikut:
1)      Hasan Langgulung mendifinisikan bahwa metode adalah cara atau jalan yang harus dilalui untuk mencapai tujuan pendidikan.
2)      Ahmad Tafsir mendefinisikan bahwa metode mengajar adalah cara yang paling tepat dan cepat dalam mengajarkan mata pelajaran.
Berdasarkan beberapa definisi di atas dapat disimpulkan bahwa metode adalah seperangkat cara, jalan dan teknik yang digunakan oleh pendidik dalam proses pembelajaran agar peserta didik dapat mencapai tujuan pembelajaran ataumenguasai kompetensi tertentu yang dirumuskan dalam silabi mata pelajaran.
b.      Tujuan, tugas, dan fungsi metode pendidikan islam
Tujuan diadakan metode adalah menjadikan proses dan hasil belajar mengajar ajaran islam lebih berdaya dan berhasil guna juga menimbulkan kesadaran peserta didik untuk mengamalkan ketentuan ajaran islam melalui teknik motivasi yang menimbulkan gairah belajar peserta didik secara mantap.[11]
Tugas utama metode pendidikan islam adalah mengadakan aplikasi prinsip-prinsip psikologis dan pedagogis sebagai kegiatan antarhubungan pendidikan yang terealisasi melaluipenyampaian keterangan dan pengetahuan agar siswa mengetahui, memahami, menghayati dan meyakini materi yang diberikan, serta meningkatkan keterampilan olah pikir.
Sedangkan fungsi metode pendidikan islam adalah mengarahkan keberhasilan belajar, memberi kemudahan kepada peserta didik untuk belajar berdasarkan minat, serta mendorong usaha kerja sama dalam kegiatan belajar mengajar antara pendidik dengan peserta didik.

6.      Lingkungan dalam pendidikan islam
Lingkungan juga merupakan suatu faktor penting dalam menunjang keberhasilan sebuah tujuan pendidikan islam. Unsur lingkungan yang baik akan menunjang sarana dan proses belajar dengan positif sehingga dapat merangsang minat belajar siswa dan materi pelajaran yang diberikan dapat terserap dan diterima dengan baik.
Lingkungan merupakan sesuatu yang mempengaruhi pada pertumbuhan dan perkembangan jiwa anak. Adapun pengaruh lingkungan dapat dibagi menjadi dua, yaitu positif dan negatif, adapun uraiannya sebagai berikut;
  1. Pengaruh lingkungan dapat dikatakan positif, bila mana lingkungan itu dapat memberikan dorongan atau motivasi dan rangsangan kepada anak untuk berbuat hal-hal yang baik.
  2. Sebaliknya pengaruh lingkungan dapat dikatakan Negatif bila mana keadaan sekitarnya anak itu tidak memberikan pengaruh baik.

Karena itu berhasil atau tidaknya pendidikan agama di sekolah juga banyak ditentukan oleh keadaan lingkungan daripada anak didik.


  
BAB III
PENUTUP


A.    Kesimpulan
Faktor faktor pendidikan islam di antaranya adalah:
1)      Dasar dan Tujuan
a.       Dasar adalah landasan untuk berdirinya sesuatu. Fungsi dasar adalah memberikan arah kepada tujuan yang akan di capai dan sekaligus sebagai landasan untuk berdirinya sesuatu. Setiap Negara mempunyai dasar pendidikannya sendiri, karena ia merupakan pencerminan falsafah hidup suatu bangsa.
Prof. Omar Muhammad al-Toumy al-Syaibany menyatakan bahwa dasar pendidikan islam identik dengan dasar tujuan islam. Keduanya berasal dari sumber yang sama yaitu Al-Qur’an dan Hadits. Pendidikan islam menempatkan manusia sebagai mahluk ciptaan Allah.
b.      Tujuan merupakan standar usaha yang dapat ditentukan, serta mengarahkan usaha yang akan dilalui dan merupakan titik pangkal untuk mencapai tujuan-tujuan lain. Tujuan pendidikan islam harus berorientasi pada hakikat pendidikan.
2)      Pendidik
pendidik dalam islam adalah orang yang bertanggung jawab terhadap perkembangan peserta didiknya dengan upaya mengembangkan seluruh potensi peserta didik, baik potensi afektif, kognitif, maupun psikomotorik.
3)      Subyek didik/peserta didik
paradigma pendidikan islam, peserta didik merupakan sesuatu yang belum dewasa dan memiliki sejumlah potensi dasar (fitrah) yang perlu dikembangkan. Di sini peserta didik adalah makhluk Allah yang terdiri dari aspek jasmani dan ruhani yang belum mencapai kematangan, baik fisik, mental, intelektual, maupun psikologisnya.

4)      Program pendidikan
Program dalam pendidikan islam itu di antaranya meliputi kurikulum. Kurikulum merupakan suatu komponen yang sangat menentukan dalam suatu sistem pendidikan, karena itu kurikulum merupakan alat untuk mencapai tujuan pendidikan dan sekaligus sebagai pedoman dalam melaksanakan pengajaran pada semua jenis dan tingkat pendidikan.
5)      Cara/metode pendidikan islam
Metode pendidikan islam adalah prosedur umum dalam penyampaian materi untuk mencapai tujuan pendidikan. Dalam penggunaan metode pendidikan adalah bagaimana seorang pendidik dapat memahami hakikat metode dan relevansinya dengan tujuan utama pendidikan islam, yaitu terbentuknya pribadi yang beriman yang senantiasa siap sedia mengabdi kepada Allah SWT.
6)      Lingkungan pendidikan islam
Lingkungan juga merupakan suatu faktor penting dalam menunjang keberhasilan sebuah tujuan pendidikan islam. Unsur lingkungan yang baik akan menunjang sarana dan proses belajar dengan positif.



DAFTAR PUSTAKA

Ramayulis. 2008.  Ilmu Pendidikan Islam. Jakarta: Kalam Mulia
Jalaluddin. 2003. Teologi Pendidikan. Jakarta: PT Raja Grafindo.
Mujib, Abdul dan Mudzakkir, Jusuf. 2006. Ilmu Pendidikan Islam. Jakarta: Kencana Prenada Media.



[1] H. Ramayulis, Ilmu Pendidikan Islam (Jakarta: Kalam Mulia, 2008), 121
[2] H. Jalaluddin, Teologi Pendidikan (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2003), 82
[3] Abdul Mujib dan Jusuf Mudzakkir, Ilmu Pendidikan Islam (Jakarta: Kencana Prenada Media, 2006), 71.
[4] H. Ramayulis, Ilmu Pendidikan Islam (Jakarta: Kalam Mulia, 2008), 143-146.
[5] Abdul Mujib dan Jusuf Mudakkir, Ilmu Pendidikan islam (Jakarta: Kencana Prenada Media, 2006), 87-96.
[6] H. Ramayulis, Ilmu Pendidikan Islam (Jakarta: Kalam Mulia, 2008), 77.
[7] Abdul Mujib dan Jusuf Mudakkir, Ilmu Pendidikan islam (Jakarta: Kencana Prenada Media, 2006), 104-106.
[8] H. Ramayulis, Ilmu Pendidikan Islam (Jakarta: Kalam Mulia, 2008), 149
[9] Ibid, Hal 159.
[10] H. Ramayulis, Ilmu Pendidikan Islam (Jakarta: Kalam Mulia, 2008), 184.
[11] Ibid, 167-168.







Tidak ada komentar:

Posting Komentar