TINJAUAN
KRITIS FAKTOR-FAKTOR PENDIDIKAN
ISLAM
MAKALAH
Disusun untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Ilmu Pendidikan Islam yang di Bimbing oleh Prof. Dr. H. Abd. Halim Soebahar, MA
Oleh
Kelompok7 :
Ika Firdausi Aini M (084142065)
Lailatul Qomariyah (084142062)
Febri Arisandi (084142056)
PRODI
PENDIDIKAN BAHASA ARAB
FAKULTAS
TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN
INSTITUT AGAMA
ISLAM NEGERI
JEMBER
2015
KATA PENGANTAR
Assalamualaikumwr.wb
Puji syukur penyusun panjatkan kehadirat
Allah SWT yang senantiasa melimpahkan rahmat serta hidayahnya sehingga penyusunan makalah ini dapat terselesaikan.Sholawat serta salam tercurahkan selalu kepada junjungan kita Nabi
Muhammad SAW yang telah memberi petunjuk jalan
yang benar untuk umatnya.
Makalah yang
berjudul Tinjauan Kritis Faktor-Faktor Pendidikan Islam disusun untuk memenuhi tugas Ilmu Pendidikan Islam.
Terima Kasih penulis ucapkan kepada pihak
yang telah membantu dalam terselesaikannya makalah ini. Terutama kepada Dosen mata kuliah Ilmu Pendidikan Islam yaitu Prof. Dr. H. Abd Halim Soebahar, MA yang
telah memberikan bimbingannya sehingga terselesaikannya makalah ini.
Penyusun menyadari bahwa dalam penulisan makalah ini masih jauh dari
kata sempurna dan banyak kesalahan-kesalahan. Oleh karena itu, kritik serta saran
yang
membangun sangat penyusun harapkan.Semoga makalah ini bisa bermanfaat bagi pembaca khususnya.
Wassalamualaikumwr.wb
Jember, Desember 2015
Penyusun
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL.................................................................................. i
KATA PENGANTAR............................................................................... ii
DAFTAR ISI............................................................................................. iii
BAB I PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang .......................................................................................... 1
B.
Rumusan masalah...................................................................................... .1
C.
Tujuan....................................................................................................... 1
BAB II PEMBAHASAN
A.
Dasar dan Tujuan pendidikan islam............................................................. 2
B.
Pendidik dalam pendidikan islam................................................................ 6
C.
Subyek didik/peserta didik dalam pendidikan islam..................................... 9
D.
Program pendidikan dalam pendidikan islam............................................. .11
E.
Cara/metode pendidikan islam.................................................................. .12
F.
Faktor lingkungan dalam pendidikan islam................................................ .13
BAB III PENUTUP
Kesimpulan............................................................................................... 16
DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar
belakang
Era
globalisasi ditandai dengan persaingan ekonomi secara hebat dengan terjadinya
revolusi teknologi informasi, teknologi komunikasi dan teknologi industri.
Kondisi
kemajuan teknologi informasi dan industri tersebut yang berlangsung dengan
sangat cepat dan ketat di era globalisasi menuntut setiap orang untuk berbenah
diri dalam menghadapi persaingan tersebut.
Tak lepas
dari itu, pendidikan Islam juga berperan penting dalam persaingan tersebut.
Disinilah tantangan pendidikan termasuk pendidikan Islam diharapkan mampu
menampilkan dirinya dalam mendidik dan menghasilkan peserta didik yang berdaya
saing tinggi (qualified), serta menangkis asumsi bahwa Islam itu adalah
teroris, atau bahkan akan menjadikannya mandul dalam menghadapi gempuran
berbagai kemajuan dinamika globalisasi tersebut.
B.
Rumusan masalah
1.
Apa
dasar dan tujuan pendidikan islam?
2.
Apa
pengertian pendidik dalam pendidikan islam?
3.
Apa
pengertian subyek didik dalam pendidikan islam?
4.
Bagaimana
program pendidikan dalam pendidikan islam?
5.
Bagaimana
cara/metode pendidikan islam?
6.
Bagaimana
faktor lingkungan dalam pendidikan islam?
C.
Tujuan
1.
Untuk
mengetahui dasar dan tujuan pendidikan islam
2.
Untuk
mengetahui pengertian pendidik dalam pendidikan islam
3.
Untuk
mengetahui pengertian subyek didik dalam pendidikan islam
4.
Untuk
mengetahui program pendidikan dalam pendidikan islam
5.
Untuk
mengetahui cara/metode pendidikan islam
6.
Untuk
mengetahui faktor lingkungan dalam pendidikan islam
BAB II
PEMBAHASAN
A.
Pengertian Faktor-Faktor
Pendidikan Islam
Faktor-faktor Pendidikan Islam adalah sesuatu yang ikut menentukan keberhasilan
Pendidikan Islam yang memiliki beberapa bagian yang saling mendukung
satu sama lainnya. Faktor-faktor Pendidikan Islam
selanjutnya juga disebut dengan komponen-komponen pendidikan.
Dalam melaksanakan pendidikan agama,
perlu diperhatikan adanya faktor-faktor pendidikan yang ikut menentukan
keberhasilan pendidikan agama tersebut.
Faktor-Faktor Pendidikan itu ada 5
macam, dimana faktor-faktor yang satu dengan yang lainnya mempunya hubungan
yang erat. Kelima faktor tersebut adalah :
1.
Dasar dan Tujuan
Pendidikan Islam
a.
Dasar pendidikan islam
Setiap aktivitas yang di sengaja
untuk mencapai suatu tujuan harus mempunyai dasar atau landasan tempat berpijak
yang kokoh dan kuat. Dasar adalah pangkal tolak suatu aktivitas. Di dalam
menetapkan dasar suatu aktivitas manusia selalu berpedoman kepada pandangan
hidup dan hukum-hukum dasar yang dianutnya, karena hal ini yang akan menjadi
pegangan dasar di dalam kehidupannya. Apabila pandangan hidup dan hukum dasar
yang dianut manusia berbeda, maka berbeda pulalah dasar dan tujuan
aktivitasnya.[1]
Prof.
Omar Muhammad al-Toumy al-Syaibany menyatakan bahwa dasar pendidikan islam
identik dengan dasar tujuan islam. Keduanya berasal dari sumber yang sama yaitu
Al-Qur’an dan Hadits. Pendidikan islam menempatkan manusia sebagai mahluk
ciptaan Allah, karena demikian manusia sebagai objek dan sekaligus subyek
pendidikan yang tidak bebas nilai.[2]
Al-Syaibany
menyatakan ada lima prinsip dasar yang menjadi kerangka acuan dalam penyusunan
dasar pendidikan islam. Prof. Dr. Hasan Langgulung menjadikannya sebagai
landasan pemikiran filsafat islam. Kelima prinsip utama itu menurut Hasan
Langgulung adalah pandangan terhadap manusia, alam, masyarakat, pengetahuan,
dan ahlak.
a.
Dasar
pandangan terhadap manusia
Sebagai
obyek dan sekaligus subyek pendidikan maka manusia menempati akses pertama dan
utama. Manusia memiliki sejumlah potensi untuk berkembang dan dikembangan.
Dalam kaitan ini pendidikan Islam menilai manusia didasarkan atas
prinsip-prinsip pemikiran bahwa:
1)
Manusia
adalah ciptaan Allah yang paling mulia.
2)
Manusia
di amanatkan untuk menjadi hamba Allah dan sekaligus khalifah guna memakmurkan
kehidupan di bumi.
3)
Manusia
adalah mahluk yang memiliki dimensi jasmani, rohani, dan ruh.
4)
Manusia
bertumbuh dan berkembang ditentukan oleh potensi bawaan dan pengaruh lingkungannya.
b.
Dasar
pandangan terhadap manyarakat
Manusia
dalam konsep al-Nas adalah mahluk sosial. Manusia tidak dapat hidup
sendiri, dengan mengabaikan keterlibatannya dengan kepentingan pergaulan antar
sesamanya dalam kehidupan bermasyarakat. Dalam hubungan manusia dengan
masyarakat, terjadi interaksi aktif. Manusia dapat mengintervensi masyarakat lingkungannya,
dan sebaliknya masyarakat pun dapat memberi pengaruh pada manusia sebagai
warganya. Oleh karena itu dalam pandangan islam, masyarakat memiliki karakteristik
tertentu.
c.
Dasar
pandangan terhadap alam semesta
Berdasarkan
pada pandangan ini, maka pemikiran tentang alam semesta mengacu pada prinsip
bahwa:
1)
Lingkungan
alam termasuk juga jagat raya adalah bagian dari ciptaan Allah.
2)
Setiap
wujud di alam semesta terbentuk dari dua unsur yaitu unsure materi dan non
materi, nyata dan ghaib, dunia dan akhirat.
3)
Alam
senantiasa dalam dinamika gerak yang teratur dan terkendali oleh suatu tatanan
yang menyatu pada sunnah Allah.
4)
Alam
merupakan sarana yang diperuntukkan bagi manusia sebagai upaya meningkatkan
kemampuan diri sejalan dengan potensi yang dimilikinya.
d.
Dasar
pandangan terhadap ilmu pengetahuan
Ilmu
pengetahuan dan teknologi (iptek) adalah hasil rekayasa manusia. Sedangkan kemampuan
merekayasa itu menurut pandangan islam bersumber dari potensi Ilahiyat. Maka
atas dasar pemikiran ini status manusia hanya sebagai pengemban amanat dalam
rekayasa iptek, bukan pemilik dan pencipta mutlaknya, yaitu Allah. Dalam
hubungan ini, maka iptek seyogiyanya terikat pada nilai-nilai Ilahiyat.
Pendidikan islam tidak membiarkan iptek dikembangkan dan dimanfaatkan secara
bebas nilai.
e.
Dasar
pandangan terhadap ahlak
Pernyataan Al-Qur’an bahwa Rasulullah adalah sosok
pribadi pemilik ahlak yang agung. Beliau menegaskan bahwa tugas utama yang
diamanatkan kepada dirinya, adalah untuk menyempurnakan ahlak manusia.
Membentuk suatu kehidupan masyarakat manusia yang warganya terdiri dari
individu yang berahlak manusia. Berangkat dari pernyataan itu, maka filsafat
pendidikan islam memandang pembinaan ahlak merupakan faktor penting dalam
pendidikan.
b.
Tujuan
pendidikan islam
Dalam
adagium ushuliyah dinyatakan bahwa: “al-umur bi maqashida”, bahwa
setiap tindakan dan aktivitas harus berorientasi pada tujuan atau
rencana yang telah ditetapkan. Adagium ini menunjukkan bahwa pendidikan
seharusnya berorientasi pada tujuan yang ingin di capai, bukan semata-mata
berorientasi pada sederetan materi. Karena itulah, tujuan pendidikan islam
menjadi komponen pendidikan yang harus dirumuskan terlebih dahulu sebelum
merumuskan komponen-komponen pendidikan yang lain.[3]
Perumusan tujuan
pendidikan islam harus berorientasi pada hakikat pendidikan yang meliputi
beberapa aspeknya, misalnya tentang: Pertama, tujuan dan tugas hidup
manusia. Kedua, memerhatikan sifat-sifat dasar manusia. Ketiga,
tuntutan masyarakat. Keempat, dimensi-dimensi kehidupan ideal islam.
Dimensi kehidupan dunia ideal islam mengandung nilai yang dapat meningkatkan
kesejahteraan hidup manusia di dunia untuk mengelola dan memanfaatkan dunia
sebagai bekal kehidupan di akhirat.
Aspek tujuan
pendidikan islam itu meliputi empat hal, yaitu: (1) tujuan jasmaniah, (2)
tujuan rohaniah, (3) tujuan akal, (4) tujuan sosial.[4]
1) Tujuan
jasmaniah
Tujuan pendidikan perlu dikaitkan dengan tugas
manusia selalu menjadi khalifah Di muka bumi yang harus memiliki kemampuan
jasmani yang bagus di samping rohani yang teguh. Dalam hadits Rasulullah SAW
bersabda, yang artinya:
“Orang mukmin yang kuat lebih baik dan lebih
disayangi oleh Allah dari pada orang mukmin yang lemah”.
Kata “kuat” dalam hadits di atas dapat diartikan
dengan kuat secara jasmani sesuai dengan firman Allah, yang artinya:
“sesungguhnya Allah telah memilihnya menjadi
rajamu dan menganugerahinya ilmu yang luas dan tubuh yang kuat perkasa”.
Dalam ayat di atas dikisahkan bahwa Talut dipilih
oleh Allah menjadi raja karena ia pandai dan kuat tubuhnya untuk melawan Djalut
yang terkenal berbadan besar seperti raksasa, namun Talut dapat mengalahkannya
dengan perantaraan Daud yang melemparkan bandilnya dengan pertolongan Allah
dapat merobohkan tubuh Djalut sehingga tewas. Jadi tujuan pendidikan islam
adalah untuk membentuk manusia muslim yang sehat dan kuat jasmaninyabserta
memiliki keterampilan yang tinggi.
2) Tujuan
rohaniah
Tujuan ini dikaitkan dengan kemampuan manusia
menerima agama islam yang inti ajarannya adalah keimanan dan ketaatan kepada
Allah, Tuhan yang Maha Esa dengan tunduk dan patuh kepada nilai-nilai moralitas
yang di ajarkan-Nya dengan mengikuti keteladanan Rasululla.
3) Tujuan
akal
Aspek tujuan ini
bertumpu pada pengembangan intelegensia (kecerdasan) yang berada dalam otak.
Sehingga mampu memahami dan menganalisis fenomena-fenomena ciptaan Allah
dijagad raya ini. Seluruh ala mini bagaikan bola besar yang harus di jadikan
obyek pengamatan dan renungan fikiran manusia kemudian melalui proses observasi
dengan panca indra.
4) Tujuan
sosial
Tujuan sosial ini merupakan pembentukan kepribadian
yang utuh. Tujuan pedidikan sosial ini penting artinya karena manusia sebagai
khalifah Tuhan di bumi seyogiyanya mempunyai kepribadian yang utama dan
seimbang. Yang sebenarnya tidak mungkin manusia menjauhkan diri dari kehidupan
bermasyarakat.
2. Pendidik dalam Pendidikan Islam
a. Definisi Pendidik dalam Pendidikan Islam
Sebagaimana teori barat, pendidik dalam islam adalah orang yang bertanggung jawab terhadap
perkembangan peserta didiknya dengan upaya mengembangkan seluruh potensi
peserta didik, baik potensi afektif, kognitif, maupun psikomotorik.[5]
Pendidik juga berarti orang dewasa yang bertanggung jawab memberi
pertolongan pada peserta didiknya dalam perkembangan jasmani dan rohaninya,
agar mencapai tingkat kedewasaan, mampu berdiri sendiri dan memenuhi tingkat
kedewasaanya, mampu mandiri dalam memenuhi tugasnya sebagi hamba dan khalifah
Allah SWT, dan mampu melakukan tugas sebagai makhluk sosial dan sebagai makhluk
individu yang mandiri.
Pendidik utama dan pertama adalah orang tua, karena orang tualah yang
bertanggung jawab penuh atas kemajuan perkembangan anaknya, karena sukses
tidaknya seorang anak tergantung dengan pengasuhan, perhatian, dan
pendidikannya. Sebagaimana firman Allah SWT:
$pkš‰r'¯»tƒ tûïÏ%©!$# (#qãZtB#uä (#þqè% ö/ä3|¡àÿRr& ö/ä3‹Î=÷dr&ur #Y‘$tR ...
“Hai orang-orang yang beriman, peliharalah
dirimu dan keluargamu dari api neraka..” (Q.S Al-Tahrim: 6)
Sebagai pendidik pertama dan
utama terhadap anak-anaknya, orangtua tidak selamanya memiliki waktu yang
leluasa dalam mendidik anaknya. Dalam konteks ini, anak lazimnya dimasukkan ke
dalam lembaga sekolah, yang karenanya definisi pendidik disini adalah mereka
yang memberikan pelajaran peserta didik, yang memegang suatu mata pelajaran
tertentu di sekolah.
b. Kedudukan Pendidik dalam Pendidikan Islam
Pendidik adalah bapak rohani (spiritual father) bagi peserta didik,
yang memberikan santapan jiwa dengan ilmu, pembinaan akhlak mulia, dan
meluruskan perilakunya yang buruk. Oleh karena itu, pendidik mempunyai
kedudukan yang tinggi dalam Islam. Dalam hadits Rasululloh SAW: “Tinta seorang
ilmuwan (yang menjadi guru) lebih berharga ketimbang darah para syuhada”.
Bahkan Islam menempatkan pendidik setingkat dengan derajat seorang Rasul. Al Syawki
bersyair:
قم للمعلم وفه التبجيل. كاد
المعلم ان يكون رسولا
“Berdiri dan hormatilah guru dan berilah
penghargaan, seorang guru itu hampir saja merupakan seorang rasul”.
c. Tugas Pendidik dalam Pendidikan Islam
Menurut Al Ghazali, tugas utama seorang pendidik adalah menyempurnakan,
membersihkan, menyucikan serta membawakan hati manusia untuk mendekatkan diri (taqarrub)
kepada Allah SWT. Hal tersebut sesuai dengantujuan utama pendidikan Islam yaitu
mendekatkan diri kepada-Nya.
Dalam perkembangan berikutnya, paradigma pendidik tidak hanya bertugas sebagai pengajar, yang mendoktrin peserta didiknya untuk menguasai
seperangkat pengetahuan dan skill tertentu. Pendidik hanya bertugas
sebagai motivator dan fasilitator dalam proses belajar mengajar.
Tetapi sesungguhnya seorang pendidik tidak hanya bertugas seperti itu saja,
tetapi pendidik juga bertanggung jawab atas pengelolaan (manager of learning),
pengarah (director of learning), fasilitator dan perencana (the
planner of future society). Oleh karena itu, fungsi dan tugas pendidik
dalam pendidikan dapat disimpulkan menjadi tiga bagian, yaitu:
1.
Sebagai pengajar (instruksional).
2.
Sebagai pendidik (educator).
3.
Sebagai pemimpin (managerial).
d. Kompetensi-kompetensi pendidik dalam pendidikan Islam
Untuk menjadi seorang pendidik yang profesional tidaklah mudah, karena ia
harus memiliki berbagai kompetensi-kompetensi keguruan. Kompetensi pendidik di
bagi menjadi tiga bagian:
1) kompetensi Personal-Religius
Kemampuan dasar (kompetensi) yang pertama bagi pendidik adalah menyangkut
kepribadian agamis, artinya pada dirinya melekat nilai-nilai lebih yang hendak
di transinternalisasikan kepada peserta didik. Misalnya nilai kejujuran,
amanah, keadilan, kecerdasan, tanggung jawab, musyawarah, kebersihan,
keindahan, kedisiplinan dan ketertiban. Nilai tersebut perlu dimiliki oleh
pendidik agar mudah dalam transinternalisasi (pemindahan penghayatan
nilai-nilai) kepada peserta didik.
2) Kompetensi Sosial-Religius
Kemampuan dasar kedua bagi pendidik adalah menyangkut kepeduliannya
terhadap masalah-masalah sosial selaras dengan ajaran Islam. Sikap gotong
royong, tolong menolong, dan toleransi juga perlu dimiliki oleh pendidik dalam
rangka transinternalisasi sosial atau transaksi sosial antara pendidik dan
peserta didik.
3) Kompetensi Profesional-Religius
Kemampuan dasar ketiga ini menyangkut kemampuan untuk menjalankan tugas
keguruannya secara profesional, dalam arti mampu membuat keputusan keahlian
atas beragamnya kasus serta mampu mempertanggung jawabkan berdasarkan teori dan
wawasan keahliannya dalam perspektif islam.
3.
Subyek didik/peserta didik dalam pendidikan islam
a)
Pengertian
peserta didik
Peserta
didik merupakan salah satu komponen dalam system pendidikan islam. Peserta
didik merupakan “raw material” (bahan mentah) di dalam proses
transformasi yang di sebut pendidikan.[6]
Peserta
didik adalah merupakan salah satu faktor
pendidikan yang paling penting karena tanpa adanya faktor tersebut, maka pendidikan tidak akan
berlangsung. Oleh karena itu faktor
anak didik tidak dapat digantikan oleh faktor
yang lain.
Dalam paradigma
pendidikan islam, peserta didik merupakan sesuatu yang belum dewasa dan
memiliki sejumlah potensi dasar (fitrah) yang perlu dikembangkan. Di
sini peserta didik adalah makhluk Allah yang terdiri dari aspek jasmani dan rohani
yang belum mencapai kematangan, baik fisik, mental, intelektual, maupun
psikologisnya. Oleh karena itu, ia senantiasa memerlukan bimbingan arahan
pendidik agar dapat mengembangkan potensinya secara optimal dan membimbingnya
menuju kedewasaan.
b)
Paradigma
peserta didik dalam pendidikan islam
Dalam proses belajar mengajar,
seorang pendidik harus sedapat mungkin memahami hakikat peserta didiknya
sebagai subjek dan objek pendidikan. Kesalahan dalam memahami hakikat peserta
didik menjadikan kegagalan dalam proses pendidikan. Beberapa hal yang perlu di
pahami mengenai karakteristik peserta didik adalah:[7]
Pertama, peserta didik bukan miniatur orang dewasa, ia mempunyai dunia sendiri,
sehingga metode belajar mengajar tidak boleh di samakan dengan orang dewasa.
Kedua, peserta didik memiliki kebutuhan dan menuntut untuk pemenuhan
kebutuhan itu semaksimal mungkin. Kebutuhan individu, menurut Abraham Maslow,
terdapat lima hierarki kebutuhan yang dikelompokkan dalam dua kategori, yaitu:
(1) kebutuhan-kebutuhan taraf dasar. (2) metakebutuhan-metakebutuhan, meliputi
apa saja yang terkandung dalam aktualisasi diri, seperti: keadilan, kebaikan,
keindahan, keteraturan, kesatuan, dan lain sebagainya.
Ketiga, peserta didik memiliki perbedaan antara individu dengan individu
lain, baik perbedaan yang disebabkan dari faktor endogen (fitrah) maupun
eksogen (lingkungan) yang meliputi segi jasmani, intelegensi, sosial, bakat,
minat, dan lingkungan yang mempengaruhinya.
Keempat, peserta didik dipandang sebagai kesatuan sistem manusia. Sesuai
dengan hakikat manusia, peserta didik sebagai mahluk monopluralis, maka pribadi
peserta didik walaupun terdiri dari banyak segi, merupakan satu kesatuan jiwa
raga.
Kelima, peserta didik merupakan subjek dan objek sekaligus dalam
pendidikan yang dimungkinkan dapat aktif, kreatif, serta produktif. Setiap
peserta didik memiliki aktivitas sendiri dan kreatifitas sendiri, sehingga
dalam pendidikan tidak memandang anak sebagai objek pasif yang biasanya hanya
menerima, mendengarkan saja.
Keenam, peserta didik mengikuti periode-periode perkembangan tertentu dan
mempunyai pola perkembangan serta tempo dan iramanya.kadar kemampuan peserta
didik sangat di tentukan oleh usia atau periode perkembangannya.
4.
Program pendidikan islam
Program
dalam pendidikan islam itu di antaranya meliputi kurikulum. Kurikulum merupakan
suatu komponen yang sangat menentukan dalam suatu sistem pendidikan, karena itu
kurikulum merupakan alat untuk mencapai tujuan pendidikan dan sekaligus sebagai
pedoman dalam melaksanakan pengajaran pada semua jenis dan tingkat pendidikan.[8]
Dalam Bahasa
Arab, kata kurikulum biasa diungkapkan dengan manhaj yang berarti jalan
yang terang yang dilalui oleh manusia pada berbagai bidang kehidupan. Sedangkan
kurikulum pendidikan dalam kamus Tarbiyah adalah seperangkat perencanaan dan
media yang dijadikan acuan oleh lembaga pendidikan dalam mewujudkan
tujuan-tujuan pendidikan.
Fungsi
kurikulum dalam pendidikan islam adalah sebagai pedoman yang digunakan oleh
pendidik untuk membingbing peserta didiknya ke arah tujuan tertinggi pendidikan
islam, melalui akumulasi sejumlah pengetahuan, keterampilan, dan sikap. Dalam
hal ini proses pendidikan islam bukanlah suatu proses yang dapat dilakukan
secara serampangan.
Dalam
perkembangan selanjutnya pengertian kurikulum tidak hanya terbatas pada program
pendidikan namun juga di artikan menurut fungsinya.
1.
Kurikulum
sebagai program studi.
2.
Kurikulum
sebagai konten.
3.
Kurikulum
sebagai kegiatan berencana.
4.
Kurikulum
sebagai hasil belajar.
5.
Kurikulum
sebagai pengalaman belajar.
Dasar-dasar dalam penyusunan kurikulum pendidikan islam adalah:
1)
Dasar
Agama
2)
Dasar
Falsafah
3)
Dasar
psikologis
4)
Dasar
Sosial
5)
Dasar
Organisator.[9]
5.
Cara/metode dalam pendidikan islam
a.
Pengertian
Metode
· Secara Etimologi
Metode dalam Bahasa Arab, dikenal
dengan istilah thariqah yang berarti langkah-langkah stategis yang
dipersiapkan untuk melakukan suatu pekerjaan. Bila dihubungkan dengan
pendidikan, maka metode itu harus diwujudkan dalam proses pendidikan.[10]
· Secara Terminologi
Para ahli mendefinisikan metode secara terminologi sebagai berikut:
1)
Hasan
Langgulung mendifinisikan bahwa metode adalah cara atau jalan yang harus
dilalui untuk mencapai tujuan pendidikan.
2)
Ahmad
Tafsir mendefinisikan bahwa metode mengajar adalah cara yang paling tepat dan
cepat dalam mengajarkan mata pelajaran.
Berdasarkan beberapa definisi di
atas dapat disimpulkan bahwa metode adalah seperangkat cara, jalan dan teknik
yang digunakan oleh pendidik dalam proses pembelajaran agar peserta didik dapat
mencapai tujuan pembelajaran ataumenguasai kompetensi tertentu yang dirumuskan
dalam silabi mata pelajaran.
b.
Tujuan,
tugas, dan fungsi metode pendidikan islam
Tujuan diadakan metode adalah menjadikan
proses dan hasil belajar mengajar ajaran islam lebih berdaya dan berhasil guna
juga menimbulkan kesadaran peserta didik untuk mengamalkan ketentuan ajaran
islam melalui teknik motivasi yang menimbulkan gairah belajar peserta didik
secara mantap.[11]
Tugas utama metode pendidikan islam
adalah mengadakan aplikasi prinsip-prinsip psikologis dan pedagogis sebagai
kegiatan antarhubungan pendidikan yang terealisasi melaluipenyampaian
keterangan dan pengetahuan agar siswa mengetahui, memahami, menghayati dan
meyakini materi yang diberikan, serta meningkatkan keterampilan olah pikir.
Sedangkan fungsi metode pendidikan
islam adalah mengarahkan keberhasilan belajar, memberi kemudahan kepada peserta
didik untuk belajar berdasarkan minat, serta mendorong usaha kerja sama dalam
kegiatan belajar mengajar antara pendidik dengan peserta didik.
6.
Lingkungan dalam pendidikan islam
Lingkungan
juga merupakan suatu faktor penting dalam menunjang keberhasilan sebuah tujuan
pendidikan islam. Unsur lingkungan yang baik akan menunjang sarana dan proses
belajar dengan positif sehingga dapat merangsang minat belajar siswa dan materi
pelajaran yang diberikan dapat terserap dan diterima dengan baik.
Lingkungan merupakan
sesuatu yang mempengaruhi pada pertumbuhan dan perkembangan jiwa anak. Adapun
pengaruh lingkungan dapat dibagi menjadi dua, yaitu positif dan negatif, adapun
uraiannya sebagai berikut;
- Pengaruh lingkungan dapat dikatakan
positif, bila mana lingkungan itu dapat memberikan dorongan atau motivasi
dan rangsangan kepada anak untuk berbuat hal-hal yang baik.
- Sebaliknya pengaruh lingkungan
dapat dikatakan Negatif bila mana keadaan sekitarnya anak itu tidak
memberikan pengaruh baik.
Karena itu
berhasil atau tidaknya pendidikan agama di sekolah juga banyak ditentukan oleh
keadaan lingkungan daripada anak didik.
BAB III
PENUTUP
A.
Kesimpulan
Faktor faktor pendidikan islam di antaranya adalah:
1)
Dasar
dan Tujuan
a.
Dasar
adalah landasan untuk berdirinya sesuatu. Fungsi dasar adalah memberikan arah
kepada tujuan yang akan di capai dan sekaligus sebagai landasan untuk
berdirinya sesuatu. Setiap Negara mempunyai dasar pendidikannya sendiri, karena
ia merupakan pencerminan falsafah hidup suatu bangsa.
Prof. Omar Muhammad al-Toumy al-Syaibany menyatakan bahwa dasar
pendidikan islam identik dengan dasar tujuan islam. Keduanya berasal dari
sumber yang sama yaitu Al-Qur’an dan Hadits. Pendidikan islam menempatkan
manusia sebagai mahluk ciptaan Allah.
b.
Tujuan merupakan
standar usaha yang dapat ditentukan, serta mengarahkan usaha yang akan dilalui
dan merupakan titik pangkal untuk mencapai tujuan-tujuan lain. Tujuan
pendidikan islam harus berorientasi pada hakikat pendidikan.
2)
Pendidik
pendidik dalam islam adalah orang yang bertanggung jawab terhadap perkembangan peserta didiknya
dengan upaya mengembangkan seluruh potensi peserta didik, baik potensi afektif,
kognitif, maupun psikomotorik.
3)
Subyek
didik/peserta didik
paradigma
pendidikan islam, peserta didik merupakan sesuatu yang belum dewasa dan
memiliki sejumlah potensi dasar (fitrah) yang perlu dikembangkan. Di
sini peserta didik adalah makhluk Allah yang terdiri dari aspek jasmani dan
ruhani yang belum mencapai kematangan, baik fisik, mental, intelektual, maupun
psikologisnya.
4) Program
pendidikan
Program dalam pendidikan islam itu di antaranya meliputi kurikulum.
Kurikulum merupakan suatu komponen yang sangat menentukan dalam suatu sistem
pendidikan, karena itu kurikulum merupakan alat untuk mencapai tujuan
pendidikan dan sekaligus sebagai pedoman dalam melaksanakan pengajaran pada
semua jenis dan tingkat pendidikan.
5) Cara/metode
pendidikan islam
Metode pendidikan islam adalah prosedur umum dalam penyampaian
materi untuk mencapai tujuan pendidikan. Dalam penggunaan metode pendidikan
adalah bagaimana seorang pendidik dapat memahami hakikat metode dan
relevansinya dengan tujuan utama pendidikan islam, yaitu terbentuknya pribadi
yang beriman yang senantiasa siap sedia mengabdi kepada Allah SWT.
6) Lingkungan
pendidikan islam
Lingkungan juga merupakan suatu faktor penting dalam menunjang
keberhasilan sebuah tujuan pendidikan islam. Unsur lingkungan yang baik akan
menunjang sarana dan proses belajar dengan positif.
DAFTAR PUSTAKA
Ramayulis.
2008. Ilmu Pendidikan Islam.
Jakarta: Kalam Mulia
Jalaluddin.
2003. Teologi Pendidikan. Jakarta: PT Raja Grafindo.
Mujib, Abdul dan Mudzakkir, Jusuf. 2006. Ilmu
Pendidikan Islam. Jakarta: Kencana Prenada Media.
[1]
H. Ramayulis, Ilmu
Pendidikan Islam (Jakarta: Kalam Mulia, 2008), 121
[2]
H. Jalaluddin, Teologi
Pendidikan (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2003), 82
[3]
Abdul Mujib dan Jusuf Mudzakkir, Ilmu Pendidikan Islam (Jakarta: Kencana
Prenada Media, 2006), 71.
[4]
H. Ramayulis, Ilmu
Pendidikan Islam (Jakarta: Kalam Mulia, 2008), 143-146.
[5]
Abdul Mujib dan Jusuf Mudakkir, Ilmu Pendidikan islam (Jakarta: Kencana
Prenada Media, 2006), 87-96.
[6]
H. Ramayulis, Ilmu
Pendidikan Islam (Jakarta: Kalam Mulia, 2008), 77.
[7]
Abdul Mujib dan Jusuf Mudakkir, Ilmu Pendidikan islam (Jakarta: Kencana
Prenada Media, 2006), 104-106.
[8]
H. Ramayulis, Ilmu
Pendidikan Islam (Jakarta: Kalam Mulia, 2008), 149
[9]
Ibid, Hal 159.
[10]
H. Ramayulis, Ilmu
Pendidikan Islam (Jakarta: Kalam Mulia, 2008), 184.
[11]
Ibid, 167-168.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar